Makalah GWK Bali
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Sejarah dapat terjadi pada lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat suatu bangsa. Ketiga lingkungan
tersebut dapat memberikan pengaruh positif pada masyarakatnya untuk memiliki
rasa cinta tanah air. Sejarah bangsa Indonesia merupakan warisan nenek moyang
dan leluhur kita yang harus kita jaga, karena kita tinggal di negara yang
memiliki sejarah dan ini adalah tugas bagi manusia yang tinggal di negeri ini.
Baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Setiap individu mempunyai
hak yang sama untuk mencintai tanah airnya.
Sangeh dan Garuda Wisnu Kencana (GWK) adalah salah
satu dari begitu banyak pariwisata yang ada di Pulau Bali. Sangeh yang terletak
di sebelah utara Ubud, Kabupaten Gianyar terkenal karena ini merupakan sebuah
dosa dimana monyet-monyet (beruk) berkeliaran dengan bebas, di sebuah bukit
yang bernama Bukit Sari. Dan Garuda Wisnu Kencana (GWK) sendiri yang terletak
dibukit Unggasan Jimbaran, Bali ini merupakan hasil karya putra daerah
sekaligus putera bangsa ini. Ciri-ciri bangsa yang melestarikan dan menjaga
budayanya adalah :
1. Masyarakat
bisa berfikir sistematis tentang apa yang ada dalam sebuah peninggalan budaya
serta dilakukannya dan belajar dari pengalaman.
2. Warga
negara (masyarakat) menguasai komitmen pada peninggalan masa lalu pada proses
pelestarian budaya bangsa.
3. Memahami
dan menguasai secara maksimal tentang budaya yang diwariskan oleh nenek moyang
serta bertanggung jawab memantau kelestarian budaya.
4. Kita
mampu untuk menjaga dan melindungi obyek wisata yang dimilik tanah air.
5. Dari
uraian diatas penulis ingin menunjukan karya ilmiah yang berjudul “Indahnya
Obyek Wisata Garuda Wisnu Kencana dan Hutan Sangeh di Bali”
B.
Identifikasi Masalah
Permasalahan
penulisan yang penulis ajukan ini dapat diidentifikasi permasalahannya sebagai
berikut:
1. Apakah
keistimewaan Objek Wisata Garuda Wisnu
Kencana dan Hutan Sangeh?
2. Sebutkan
tempat-tempat yang ada di Objek
Wisata Garuda Kencana ?
C.
Pembatasan
Masalah
Dengan mengidentifikasi masalah tersebut diatas maka
penulis memberikan batasan rnasalah yang
dikemukakan sebagai berikut:
1. Penulis
memilih Objek Wisata Garuda Wisnu Kencana
dan Hutan Sangeh sebagai tempat
pembuatan laporan kegiatan belajar di luar kelas, karena
tempat wisata ini memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan untuk menambah devisa
negaia.
2. Objek Wisata Garuda Wisnu Kencana
dan Hutan Sangeh memiliki mitos
yang dipercayai oleh masyarakat Bali.
D.
Rumusan
Masalah
1. Dimana
tepatnya sangeh ini berada dan legenda apa yang tersimpan di dalamnya ?
2. Siapa
yang membangun dan mengembangkan Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Pulau Bali ini ?
E.
Tujuan
Penulisan
1. Sebagai
salah satu untuk mengikuti Ujian Akhir Madrasah Aliyah Negeri Sumpiuh tahun
Pelajaran 2017/2018.
2. Untuk
membuktikan kepada masyarakat international bahwa Indonesia memiliki sejarah
masa lalu dan memiliki berbagai macam budaya, agama dan adat istiadat. Sehingga
orang asing menghargai bangsa Indonesia sebagai bangsa yang beradab.
F.
Manfaat
Penulisan Karya Tulis
Adapun manfaat yang penulis sampaikan dalam
melaksanakan study tour ke Bali dan penyusunan tugas dari sekolah dan guru
pembimbing ini, diantaranya adalah:
1. Melatih
siswa untuk mandiri dan bertanggung jawab dalam memecahkan masalah.
2. Sebagai
sumbangan karya tulis bagi pengembangan ilmu pengetahuan, baik almamater pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
MASALAH
A.
Sangeh
Tempat pariwisata di Pulau Bali yang terletak
disebelah utara Ubud, Kabupaten Gianyar, Sangeh terkenal adalah Sangeh, karena
ini merupakan sebuah desa dimana monyet-monyet (beruk) berkeliaran bebas
disebuah bukit sari. Disana ada pula sebuah pura yang bernama Pura Bukit Sari.
Monyet di sini berkuasa dan konon memiliki tiga wilayah kerajaan. Menurut
legenda setempat Bukit Sari dan monyet ini berada disana ketika Hanoman, sebuah
tokoh dalam wiracarita Ramayana, mengangkat gunung Mahameru. Beberapa bagian
gunung ini jauh disana dan sejak saat itu monyet berkuasa di sana.
Di Pulau Bali banyak akan anda jumpai monyet
atau kera penjaga pura menandakan bahwa tempat itu ada betaranya, seperti
di Sangeh.Puluhan monyet hidup disekitar hutan pura. Andapun bisa
memberi makan monyet-monyet ini, tapi kita harus hati-hati bagi yang membawa
perhiasan atau aksesoris lainnya. Jangan sampai kita membiarkan menempel pada
badan kita pada saat kita memasuki area Hutan Sangeh. Saran yang diberikan oleh
penjaga atau pawang di tempat ini adalah sebaiknya dilepas dan disimpan untuk
sementara karena jika anda lengah atau lupa melepasnya, maka monyet-monyet akan
datang ke arah anda dan dengan cepatnya tangan-tangan monyet ini akan mengambil
barang anda, dan anda tidak akan bisa berbuat apa-apa selain memandanginya.
Sangeh adalah nama sebuah desa yang di bagian utara
desanya ditumbuhi pohon pala seluas 14 hektar dan dihuni oleh ratusan kera.
Pohon pala seperti itu tidak dijumpai di tempat lain di Bali dan keberadaannya
di Sangeh ini merupakan misteri. Sebuah pura kecil diselimuti lumut hijau
tersembunyi di sela-sela hutan pala yang menjulang tinggi itu. Di punggung sebuah
tugu pura tersebut di pahat patung Garuda, seekor burung mistik yang di dalam
cerita Samudramantana dikisahkan sedang mencari tirta Amerta di dasar samudra.
Kemudian atas jasanya oleh Betara Wisnu, dihadiahkan seteguk kepadanya akhirnya
Garuda menjadi kendaraan setia Bathara Wisnu.
B.
Kelompok
Kera Sangeh
Sumohon menuturkan kepada penulis tentang keunikan
lain yang dimiliki oleh kera Sangeh adalah mereka mempunyai sebuah organisasi
layaknya manusia. Mereka mampu untuk mengadakan rapat. Bisa saja suatu hari
kera-kera itu menghilang tanpa dapat ditelusuri kemana perginya. Menurutnya,
hal itu tidak aneh lagi karena mereka sedang menggelar parum (rapat) di
wilayahnya masing-masing. Seperti layaknya manusia, kera di Sangeh mempunyai
kelompok-kelompok sendiri terdiri atas kelompok Barat. Tengah dan timur. Dan
masing-masing kelompok ada pemimpinnya. Tetapi, yang menjadi penguasa tertinggi
atau maharaja adalah pemimpin kelompok tengah. Karena selain wilayahnya paling
luas, juga terdapat Pura Bukit Sari yang terkenal kesakralannya.
C.
Misteri
Makam Kera Hingga Keindahan Taman Pala
Daya tarik utamanya adalah hutan yang dihuni oleh
sekitar 700 ekor lebih kera. Beberapa tahun silam kera-kera Sangeh dikenal liar
dan suka mengganggu pengunjung, sampai-sampai ada pengunjung yang menderita
trauma karena dicakar hingga mengalami luka berat. Tak hanya itu. pengunjung
juga sering diusili kera seperti kacamata atau topi diambil dan di bawa lari.
Kalau di beri makanan, baru ia mengembalikan barang yang diambilnya. “Tapi
sekarang dijamin tidak ada lagi kera-kera yang mengganggu pengunjung karena
sudah di beri makanan secara teratur dua kali sehari. Dulu memang kera-kera itu
nakal karena kelaparan. Dengan mengambil barang milik pengunjung. kera itu
berharap diberi imbalan makanan.” Jelas Made Sumohon manajer obyek wisata
Sangeh.
Lelaki asli kelahiran Sangeh itu lebih jauh
menuturkan, beruhahnya perilaku kera turut berimbas terhadap arus kunjungan
wisatawan. Semasa Sangeh masih identik dengan kera nakal. Wisatawan takut untuk
berkunjung dan menikmati keunikan alam Sangeh, karena takut diserang atau
diambil barangnya. Namun kini, selelah perilaku binatang primata itu berubah
menjadi jinak, wisatawan yang datang pun meningkat drastis. Mereka sudah tidak
takut dan was-was akan keselamatan diri dan barang bawaaannya.
Dalam hal ini Sumohon menegaskan, kera di Sangeh
bukanlah kera sembarangan. Jika umumnya kera di daerah lain suka di belai dan
di pegang kepalanya, janganlah melakukannya kepada kera Sangeh jika tidak ingin
di gigit atau di cakar. Kepala merupakan kehormatan bagi kera Sangeh sehingga
pantang di pegang orang. Tak hanya itu, berlaku kasar kepada kera Sangeh juga
merupakan larangan keras bagi para pengunjung.
“Belum lama ini ada penduduk dekat sini yang
menabrak kera tetapi tidak menghaturkan banten sebagai tanda minta maaf, tiga
hari berturut-turut anaknya sakit keras. Akhirnya, ia sadar telah melakukan
kesalahan kepada kera Sangeh dan datang kemari sambil membawa banten. Setelah
itu, anaknya langsung sembuh. Ada juga pengunjung yang meludahi kera. Tak lama
berselang kera yang diludahi langsung kerauhan (kesurupan). Inilah keunikan
kera Sangeh sehingga saya percaya bahwa mereka memang bukan kera sembarangan,”
urainya.
D.
Legenda
Legenda lain menceritakan bahwa penghuni hutan
tersebut adalah prajurit kera yang kelelahan didalam pertempuran membunuh
Rahwana dalam cerita Ramayana. Kera-kera tersebut jatuh bersamaan dengan
bungkahan gunung dan hutan yang dipakai menghimpit tubuh Rahwana kemudian
menetap di hutan itu. Legenda Ramayana bercerita tentang turunnya Dewa Wisnu ke
dunia untuk memerangi kejahatan dari kaum raksasa yaitu Rahwana. Dalam
kepercayaan Hindu, turunnya Dewa Wisnu ke dunia untuk menegakan disebut dengan
Awatara.
Cerita lain juga mengatakan bahwa seseorang putri
kerajaan bernama Mayangsari yang sedang kasmaran, gagal bertunangan, akhirnya
melarikan diri ke hutan terdekat dan menjadi seorang pertapa. Disaat
pelariannya itu dia tidak memakai sehelai kainpun, sehingga harus memakai
rambutnya yang panjang untuk menutupi bagian tubuhnya yang paling terlarang.
Dia gagal mewujudkan impiannya dan meninggal secara ghaib. Masyarakat setempat
percaya, bahwa dewi itu kini menjadi Bethari Mayangsari.
E.
Letak
dan Lokasi Wisata Garuda Wisnu Kencana
Patung Garuda Wisnu Kencana berlokasi di Bukit
Unggasan -Jimbaran, Bali. Patung ini merupakan karya pematung terkenal Bali, I
Nyoman Nuarta. Monumen ini dikembangkan sebagai taman budaya dan menjadi ikon
bagi pariwisata Bali dan Indonesia. Garuda Wisnu Kencana (GWK), merupakan
patung Dewa Wisnu yang berdiri tegak di Bukit Ungasan Jimbaran Bali (selatan
bandara).
Di areal komplek, mereka juga sudah mulai membangun
exhibition center, restoran, kolam bunga teratai, diorama, Giri Kencana Villa,
Bapura 1000 teater, amphiteater dan Trade Promotion Center (TPC), serta
ternpat-tempat konser dibangun ditengah-tengah tebing kapur yang tinggi, dan
dipahat pula. Menurut keterangan yang diperoleh di lokasi, patung yang berasal
dari kuningan dan tembaga ini dibuat di Bandung kemudian dikirimkan ke Bali
dengan kondisi terpecah-pecah dalam beberapa bagian yang siap rangkai. Dewa
Wisnu sendiri dalam keyakinan umat Hindu merupakan dewa pelindung atau
pemelihara alam semesta. Sedangkan Garuda adalah kendaraan Dewa Wisnu, yang
melambangkan kebebasan dan pengabdian. sehingga secara keseluruhan, GWK
diharapkan menjadi simbol misi penyelamatan lingkungan dan dunia Patung
tersebut berwujud Dewa Wisnu yang dalam agama Hindu adalah Dewa Pemelihara
mengendarai burung Garuda Tokoh Garuda dapat dilihat di kisah Garuda danKerajaannya
yang berkisah mengenai rasa bakti dan pengorbanan burung Garuda untuk
menyelamatkan ibunya dari perbudakan yang akhirnya dilindungi oleh Dewa Wisnu.
Patung ini terbuat dari campuran tembaga dan baja seberat 4.000 ton, dengan
tinggi 75 meter dan lebar 60 meter.
F.
Bukit
Kapur Unggasan Menjadi Taman Budaya
Menyebut nama Pulau Dewata Bali seakan tidak
terpisahkan dari pariwisata, Anggapan itu benar adanya, karena pesona yang
disajikan oleh Pulau Dewata ini sudah dikenal hingga ujung dunia. Sumber
kekuatannya adalah keindahan alam, termasuk kemolekan garis pantainya Nyaris
tiap jengkal kawasannya memantulkan keteduhan. Alam yang hijau segar cukup
mendominasi. Pemandangan itu secara tidak langsung menggambarkan perbedaan
mencolok dengan daerah lain yang sudah menjadi gundul dan tandus akibat ulah
penduduknya.
Perbedaan lainnya bisa dicatat dari perkampungannya,
entah di kota atau di pedesaan. Perkampungan di Bali jauh dari kesan gersang.
Rumah-rumah umumnya tumbuh di antara atau di bawah naungan pohon. Tidak sedikit
pohon di kawasan ini tumbuh secara alamiah, namun terpelihara hingga berusia
tua. Semua itu adalah pendukung utama yang mengibarkan Bali menjadi daerah
tujuan wisata bernilai tinggi. Namun, keindahan alam di Bali ternyata masih
menyisakan Unggasan.
Maklum saja, Ungasan dan sekitarnya memang merupakan
perbukitan kapur yang memancarkan pemandangan tandus dan gersang. Berbeda
dengan wilayah Bali lainnya, perbukitan Ungasan tergolong kawasan miskin humus.
Tak ada bagian lahan yang dapat diolah menjadi sawah. Masyarakat setempat
memanfaatkan lahan sekitamya hanya untuk ditanami jagung, kacang-kacangan, dan
umbi-umbian. Keberadaan lahan garang itu selanjutnya berpengaruh langsung
terhadap kondisi ekonomi masyarakatnya. Sosok kemiskinan memang terpancar kuat
dari perkampungan Ungasan. Seperti apa gambarannya, sebut saja misalnya rumah
yang lazim disebut kubu sebagai tempat tinggal warganya, rata-rata hanya dari
bahan gedek (anyaman bambu). Sesuai kondisi lahan, hasil kebunpun sangat
terbatas, hanya berupa kacang-kacangan, singkong, dan ubi jalar (tatas).
Namun, dari perbukitan Ungasan, mereka juga
menyaksikan gelimang pariwisata yang tak henti-hentinya mengalirkan rezeki dan
kemegahan bagi warga tetangganya di Kuta dan Denpasar. Namun, jangan cepat
terkecoh dulu Ungasan yang memancarkan kemiskinan itu adalah kisah masa lalu,
setidaknya hingga awal tahun 1990-an. Ungasan kini sudah berubah jauh, bahkan
lelah menjadi salah satu obyek wisata yang mampu membuat para pengunjung
berdecak kagum. "Kalau dulu atau hingga sebelum peristiwa peledakan bom
Bali, wisatawan asing yang berkunjung ke kawasan ini rata-rata 500 orang per
hari atau iebih kurang 15.000 per bulan.
Lanjutan langkah pergumutannya kemudian menjelma
menjadi sebuah program yang dikenal bernama Proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK).
Bernaung di bawah Yayasan GWK pimpinan Nyoman Nuarta, proyek itu intinya berupa
pembangunan sebuah patung berukuran raksasa untuk ditakhtakan di puncak bukit
kapur yang tandus, Ungasan. Patungnya sendiri juga bernama Garuda Wisnu
Kencana, Wisnu yang dimaksud di sini adalah Dewa Wisnu. Menurut keyakinan agama
Hindu, Dewa Wisnu adalah dewa pelindung atau sumber kekuatan utama pemelihara
alam semesta, Wujud yang menyertainya adalah garuda, seekor burung raksasa yang
jadi kendaraan Dewa Wisnu, sebagai perlambang kebebasan sekaligus pengabdian
tanpa pamrih.
G.
Proyek
Garuda Wisnu Kencana (GWK)
Perubahan dan pengembangan perlu dilakukan di wilayah
GWK, Disini yang berobsesi mengubah kawasan tandus Ungasan menjadi taman budaya
sekaligus obyek wisata kaliber dunia, realisasi fisiknya di lapangan sebenarnya
sudah mulai digarap sejak tahun 1997.
Menyaksikan bagian pekerjaan yang telah atau sedang
digarap, sebenarnya yang langsung terbayang adalah sosok seniman yang sedang
tekun mengukir. Bedanya, yang diukir bukan penggalan batu, potongan kayu, atau
benda lepas lainnya. Di sini yang diukir adalah permukaan bukit kapur dengan
cakupan areal seluruhnya 250 hektar. Kisah tentang pengukiran bukit inipun
bertambah menarik karena sebagian permukaan kawasan sebelumnya sudah bopeng
alias berlubang-lubang. "Luka bopeng" kulit bumi Ungasan terjadi
akibat penggatian material kapur sebagai bahan bangunan di Denpasar, Kuta, atau
tempat lainnya di Bali. Sebelum mulai mengukir sekitar enam tahun lalu, Nyoman
Nuarta bersama kelompoknya dilaporkan lebih dahulu membenahi lubang-lubang liar
di kawasan itu. Proyek yang menelan biaya triliunan rupiah itu hingga kini belum
terwujud.
H.
Pengembangan
di Bukit Kapur yang Gersang
Bukit kapur Ungasan sudah berubah meski warganya
masih tetap menunggu kapan kawasan itu sungguh-sungguh menjadi taman budaya
yang menyedot perhatian dunia. Terletak diatas dataran tinggi batu kapur padas
dan menatap kawasan wisata di pesisir selatan Bali, Garuda Wisnu Kencana
Cultural Park adalah jendela seni dan budaya Pulau Dewata yang memiliki latar
belakang alami serta panorama yang sangat mengagumkan.
Dengan jarak tempuh 15 menit dari Pelabuhan Udara
dan kurang dari satu jam dari lokasi perhotelan utama, GWK menjadi salah satu
tujuan utama untuk berbagai pertunjukan kesenian, pameran dan konferensi
ataupun kunjungan santai bahkan kunjungan spiritual. Kawasan seluas 250 hektar
ini merangkum berbagai kegiatan seni budaya, tempat pertunjukan serta berbagai
layanan tata boga.
Perwujudan modern sebuah tradisi kuno. Wisnu Simbol
Hindu yang melambangkan kekuatan utama pemelihara alam semesta yang mendominasi
kawasan ini. Diwujudkan sebagai patung berukuran raksasa terbuat dari kuningan
dan tembaga dengan ketinggian mencapai 22 meter, menjadikan figur ini sebagai
perwujudan modern sebuah kebudayaan dan tradisi kuno. Wujud yang menyertainya
adalah Garuda seekor burung besar yang menjadi kendaraan Dewa Wisnu sebagai
perlambang kebebasan sekaligus pengabdian tanpa pamrih. Beberapa buah pilar
batu cadas alami setinggi 25 meter yang berdiri kokoh yang akan ditatah dengan
berbagai ornamen yang diambii dari kisah dramatis Ramayana yang menjadi sumber
inspirasi seni pertunjukan Bali. Pahatan ukiran latar belakang relief bercorak
seni pahat pewayangan (Rayon atau Gunungan) yang sangat khas Bali dan Jawa.
I.
Sebuah
Lokasi Kunjungan Supra Natural
Berdekatan dengan patung Dewa Wisnu terdapat
Parahyangan Somaka Giri, sebuah mata air keramat darimana mengalir air yang
dengan kandungan mineral-mineral utama. Keberadaan air di puncak bukit kapur
padas ini memang merupakan sebuah keajaiban dan belum dapat dijelaskan dengan
ilmiah, sehingga menjadikannya tempat kunjungan spiritual dan meditasi. Air
tersebut dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan telah dipergunakan
luas dikalangan penduduk setempat dalam upacara memohon hujan guna mendapatkan
panen yang baik. Keberadaan Parahyangan Somaka Giri sangat menggugah naluri seseorang
dalam mencari pencerahan pikiran, lahir dan batin. Tempat untuk berbagai
kesempatan. Dengan curah hujan yang relatif rendah namun terbuka untuk dapat
menikmati hembusan angin tropis, Fasilitas yang dimiliki GWK menjadi sangat
ideal.
Amphitheatre dengan kapasitas 800 tempat duduk dan
tatanan acoustic kelas satu, merupakan tempat yang tak tertandingi untuk
pagelaran seni budaya. Lotus Pond yang dikelitingi pilar-pilar batu cadas serta
latar belakang palung kepala Burung Garuda menjadikan areal berkapasitas 7500
orang ini sangat dramatis untuk berbagai perhelatan akbar. Sebagaimana arena
upacara desa-desa di Bali Street Theatre merupakan tempat yang sangat tepat
untuk berbagai prosesi, fashion show dan berbagai pertunjukan bergerak. Tempat
untuk beramah-tamah yang ideal adalah Plaza Kura-kura, yang memiliki kapasitas
sampai 200 orang. Sebagai tambahan, vane terbuka untuk umum. Exhibition Gallery
yang memiliki luas 200 m2 terdapat 10 m halaman terbuka di dalamnya. Santap
malam dibawah naungan bintang. Sejumlah cafe dan restaurant menyediakan layanan
tata boga yang lengkap, dari makanan kecil, hidangan ringan dan lain-lain.
J.
Garuda
Wisnu Kencana Menggeliat Lagi
Patung itu nanti juga akan dilapisi emas di
bagian-bagian tertentu. Hingga kini, biaya yang sudah dihabiskan mencapai Rp 30
miliar. Kemilau emas yang terkena sinar matahari nantinya dapat terlihat dari
kuta, Sanur, Nusa Dua, hingga Tanah Lot. Lebih eksotis lagi, GWK akan menjadi
pemandangan pertama saat pesawat turun di Bandara Ngurah Rai Denpasar. "Kita
berharap GWK mampu menjadi ikon baru bagi Bali, dan juga bagi Indonesia, turur
Nurjaya.
Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh
banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan.
Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda
Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya
untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk
dan kenampakan yang berbeda Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut
atau Pha Krut. Semangat yang dikobarkan Garuda itu diadaptasi sedemikian rupa
sebagai metafora dari roh pembebasan yang dikandung revolusi Indonesia.
Dewi Shinta dari kekejaman Sri Rama. Rahwana kalah
hanya karena kelicikan Sri Rama yang dibantu oleh Wibisana, si pengkhianat
negara Di Bali (Bali itu mayoritas beragama Hindu yang notabene berasal dari
India) dikenal punakawan seperti Sangut dan Delem (di pihak kejahatan), serta
Merdah dan Tualen (di pihak kebaikan). Nah, padahal menurut versi India tidak
pernah didengar nama-nama punakawan seperti itu.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian sejarah tentang Obyek
Wisata Sangeh, yang terletak di Pulau Bali pada tahun ajaran 2015/2016 yang
tertuang di dalam karya tulis ini, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Sangeh
memiliki mitos-mitos yang disakralkan oleh masyarakat Bali pada umumnya dan
masyarakat Ubud pada khususnya, yaitu tentang makam kera yang mampu mengabulkan
permintaan mereka.
2. Sikap
pengunjung jika berada ditempat pariwisata sangeh harus menjaga sopan santun.
3. Manfaat
obyek wisata sangeh bagi masyarakat Bali dan negara Indonesia mampu menambah
devisa daerah dan negara.
4. Sangeh
ini berada di pulau Bali tepatnya di Ubud dan legenda yang dtersimpan di
dalamnya tentang misteri makam kera.
5. Yang
dilakukan oleh kelompok kera, yang tiba-tiba menghilang adalah mereka melakukan
pertemuan dengan kera yang lain sesuai dengan kelompoknya.
Patung Garuda Wisnu Kencana berlokasi di Bukit
Unggasan – Jimbaran, Bali. Patung ini merupakan karya pematung terkenal Bali, I
Nyoman Nuarta. Di areal komplek, mereka juga sudah mulai membangun
exhibition center, restoran, kolam bunga teratai, diorama, Giri Kencana Villa,
Bapura 1000 teater, amphiteater dan Trade Promotion Center (TPC), serta
ternpat-tempat konser dibangun ditengah-tengah tebing kapur yang tinggi, dan
dipahat pula.
Menyebut nama Pulau Dewata Bali, seakan tidak
terpisah dari pariwisata. Anggapan itu benar adanya, karena pesona yang
disajikan oleh Pulau Dewata ini sudah dikenal hingga ujung dunia. Menyaksikan
bagian pekerjaan yang telah atau sedang digarap, sebenarnya yang langsung
terbayang adalah sosok seniman yang sedang tekun mengukir. Bedanya, yang diukir
bukanlah penggalan batu, potongan kayu atau benda lepas lainnya.
B.
Saran
Untuk mencapai keberhasilan yang baik dalam
pelaksanaan penulisan Karya Tulis dan pelestanan sejarah suatu obyek wisata
maka perlu adanya saran diantaranya:
1. Sekolah
sebaiknya memberikan fasilitas kepada siswa-siswinya dalam penyusunan karya
tulis atau tugas yang lain. Misalnya memberikan siswa untuk menggunakan
fasilitas komputer yang dimiliki sekolah, sehingga siswa tidak terlalu besar
mengeluarkan biaya dalam pembuatan karya tulis.
2. Bagi
masyarakat Pulau Bali pada khususnya dan para pengunjung pada umumnya harus
bekerja sama menjaga keindahan dan kebersihan lingkungan obyek wisata sangeh.
3. Seluruh
masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama dalam pelestarian budaya bangsa
yang dimiliki oleh setiap daerah.
4. Kerja
sama yang baik antara pihak pengelola obyek wisata dan pemerintah dalam
melaksanakan pengembangannya sehingga proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK) cepat
terselesaikan.
5. Pemerintah
pusat dan pemerintah daerah bekerja secara maksimal dan profesional dalma
menyalurkan dan memberikan subsidi dalam pembangunan proyek pembangunan Garuda
Wisnu Kencana (GWK) tersebut.
6. Kepedulian
bagi masyarakat pulau Bali pada khususnya dan para pengunjung pada umumnya
dalam menjaga keindahan dan kebersihan lingkungan obyek wisata Garuda Wisnu
Kencana (GWK) ini.
7. Kegotong
royongan antara seluruh masyarakat Bali dan pemerintah dalam pelestarian budaya
bangsa yang dimiliki oleh setiap daerah.
Komentar
Posting Komentar